30 December 2012

Inseminasi Buatan Intrauterin


Infertilitas: Apa itu?

Ketidakberhasilan hamil secara alami dalam 12 bulan bersanggama teratur tanpa perlindungan kontrasepsi (alat keluarga berencana). Pada istri yang sudah berumur 35 tahun atau lebih, batasan tersebut dipersingkat menjadi 6 bulan. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur (oosit) di indung telur (ovarium) yang mulai berkurang.
 
Tatacara inseminasi untuk infertilitas
 Inseminasi menggunakan pipa halus yang lentur (kateter atau kanula) untuk menempatkan benih spermatozoa ke dalam saluran reproduksi wanita. Untuk sebagian pasutri dengan masalah infertilitas, inseminasi dapat meningkatkan peluang kehamilan.
 
Pada pasutri dengan suami yang steril (mandul, samasekali tidak memiliki benih spermatozoa) atau sudah diketahui memiliki jumlah sperma yang sangat rendah, atau membawa risiko penyakit genetik, atau ada juga keadaan lain, misalnya seorang wanita berencana untuk hamil tanpa pasangan pria, maka di beberapa negara diperbolehkan untuk menggunakan benih spermatozoa donor. Perlu diketahui bahwa pemakaian spermatozoa donor dan sel telur donor dilarang oleh sebagian besar agama dan hukum di banyak negara, termasuk Indonesia.

Sebelum inseminasi, bahan air mani yang berisi spermatozoa harus terlebih dahulu dicuci dan dipekatkan (dikonsentrasikan) karena jika menempatkan sperma langsung ke rahim tanpa dicuci dapat menyebabkan kejang rahim yang parah. Pemekatan dicapai dengan cara bertahap memilih spermatozoa yang sangat aktif dan sehat agar jenis spermatozoa yang demikian lebih mampu membuahi sel telur.
 
Inseminasi intrauterin (IIU)
Inseminasi intrauterin (IUI) adalah penempatan spermatozoa ke dalam rahim wanita ketika seseorang wanita dalam masa ovulasi. Keadaan ini dicapai dengan kanula yang dimasukkan ke vagina, kemudian melintasi leher rahim, dan ke dalam rahim. Bahan olahan spermatozoa kemudian disemburkan di suatu titik dekat dengan mulut dalam saluran telur (ostium tubae internum).

Pada IIU ini dapat digunakan spermatozoa dari suami atau donor. Perlakuan ini sering digabungkan dengan pemberian obat perangsang kantong telur (superovulasi) untuk meningkatkan jumlah sel telur yang tersedia.
 
Inseminasi buatan (IB)
 Inseminasi buatan (IB) adalah nama lain untuk inseminasi intrauterin, tetapi juga dapat dimaksudkan sebagai penempatan spermatozoa di dalam vagina (intravagina) atau leher rahim (intraserviks) pada masa ovulasi. Kemudian spermatozoa itu akan menempuh perjalanan ke saluran telur (tuba Falloppii), tempat terjadinya pembuahan sel telur oleh spermatozoa.
 
IB dapat dilakukan dengan spermatozoa dari suami atau donor (jika agama dan undang-undang setempat mengizinkan), dan dapat digabungkan dengan superovulasi.
 
Apa yang diharapkan setelah perlakuan
Teknik ini dilakukan secara rawat jalan dan hanya membutuhkan waktu pemulihan yang singkat. Pasien mungkin akan mengalami rasa kejang otot rahim selama perlakuan, terutama ketika spermatozoa disemburkan ke dalam rongga rahim. Setelah perlakuan, pasien disarankan untuk menghindari aktivitas berat selama 1-2 hari.
 
Mengapa inseminasi dikerjakan

Inseminasi intrauterin atau inseminasi buatan dilakukan, jika:
  • Sebagian besar uji-uji yang telah dilakukan tidak menemukan penyebab infertilitas pada pasutri tersebut (infertilitas tak-terjelaskan atau infertilitas idiopatik, atau unexplained infertility)
  • Seorang pria melepaskan air mani dan spermatozoa berbalik ke dalam kandung kemih dan bukan keluar penis (ejakulasi berbalik atau retrograd). Spermatozoa dikumpulkan dari endapan kemih, dicuci, dan digunakan untuk inseminasi.
  • Tidak ada spermatozoa atau jumlah sangat sedikit, atau bermutu rendah. Dalam hal ini, mungkin dokter menyarankan agar pasien menjalani suntik spermatozoa ke dalam sel telur (disebut suntik spermatozoa intrasitoplasma, SSIS atau intracytoplasmic sperm injection, ICSI).
  • Ada masalah pada leher rahim (serviks), misalnya akibat pembedahan (operasi) terdahulu, yang dapat mencegah spermatozoa melintasi kanal serviks tersebut.
  • Seorang wanita yang tidak memiliki pasangan pria. (Alasan ini secara hukum negara dan agama dilarang di Indonesia)
 Sejauh mana hasilnya?
  
Inseminasi dapat meningkatkan peluang hamil, terutama bila digabungkan dengan superovulasi. Keberhasilan penanganan sangat dipengaruhi oleh umur wanita (sel telur yang menua menurunkan laju kehamilan, dan risiko keguguran meningkat sesuai umur). Sebagian besar laju keberhasilan terwujud dalam kehamilan dini yang dikandung, tetapi tidak mencerminkan kehamilan mengalami keguguran. Pada setiap kelompok wanita, laju kelahiran hidup lebih rendah daripada laju kehamilan dini.

Mengobati infertilitas idiopatik
 
IIU yang disuperovulasi menawarkan peluang kehamilan lebih besar dibandingkan dengan IB yang tidak disuperovulasi. Tanpa superovulasi, ternyata IIU, IB, dan sanggama yang terjadwal waktunya menghasilkan laju kehamilan yang serupa. 
 
Mengobati infertilitas pria

Untuk infertilitas pria yang ringan, IIU menghasilkan laju kehamilan dua kali lipat (6,5%) dibandingkan IB atau sanggama yang terjadwal waktunya (3%).
Superovulasi hanya sedikit menambah peluang kehamilan bilamana digunakan IIU untuk infertilitas pria yang ringan. 
 
Mengobati infertilitas terkait endometriosis
 
Untuk infertilitas yang disebabkan endometriosis ringan, penanganan dengan IIU yang digabungkan dengan superovulasi gonadotropin memberikan laju kelahiran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak ditangani.
Banyak kajian menemukan bahwa perlakuan IIU dua kali dalam satu siklus haid tidak bermanfaat untuk pasutri infertil.
 
Risiko
  • Inseminasi yang digabungkan dengan superovulasi meningkatkan risiko kehamilan ganda (hamil lebih dari satu janin). Kehamilan ganda memberikan risiko tinggi bagi ibu dan janin. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan membatasi dosis obat dan memilih obat perangsang ovulasi yang sesuai dengan masing-masing individu.
  • Perlakuan inseminasi menimbulkan sedikit risiko infeksi. Ini dapat dicegah dengan memberikan antibiotika segera setelah perlakuan inseminasi.
  • Sebagian wanita mengalami kejang otot rahim yang berat selama perlakuan inseminasi. Keadaan ini dapat diatasi dengan menyisipkan progesteron ke dalam vagina atau anus segera setelah tindakan.
  • Ada sedikit risiko rahim tertusuk selama perlakuan IIU. Kejadian ini dapat dihindari dengan menggunakan alat inseminasi berbahan plastik khusus yang sangat lentur, dan sudah ada patokan ukuran kedalaman rongga rahim.
  • Ada sedikit risiko sindrom hiperstimulasi ovarium jika superovulasi digunakan bersama-sama dengan inseminasi. Dapat dihindari dengan menyiapkan asupan makanan berprotein lebih banyak, misalnya dengan meminum susu selama masa perangsangan indung telur.
  • Peluang risiko cacat lahir bagi janin yang dikandung dari hasil teknik reproduksi berbantu (assisted reproductive techniques) hampir setara dengan yang hamil alami.

Apa yang perlu dipikirkan?
 
Perlakuan inseminasi merupakan cara paling sederhana dan paling kurang mahal dari teknologi reproduksi berbantu. Tidak diperlukan anestesi atau pembedahan.
  
Penggunaan spermatozoa yang dibekukan
  • Jika digunakan spermatozoa beku, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
  • Spermatozoa tersebut berasal dari suami yang sah dan harus tetap beku selama minimal 6 bulan sebelum dapat digunakan. Sebelum dibekukan harus dipastikan bahwa bahan itu tidak memiliki sejumlah penyakit menular, termasuk human immunodeficiency virus (HIV).
  • Spermatozoa beku kurang efektif dibandingkan spermatozoa segar.


Disadur dari: WebMD Medical Reference from Healthwise. Last Updated: March 19, 2010

Bacaan:
  • Al-Inany H (2005). Female infertility, search date April 2004. Online version of BMJ Clinical Evidence. Also available online: http://www.clinicalevidence.com.
  • Cantineau AEP, et al. (2003). Single versus double intrauterine insemination (IUI) in stimulated cycles for subfertile couples. Cochrane Database of Systematic Reviews (1).
  • Speroff L, Fritz MA (2005). Male infertility. In: Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 7th ed., pp. 1135-1173.

No comments: